Thursday, January 9, 2014

1 Tahun Runtuhnya SG UIN Jakarta : Menjejak Nilai Tambah dalam Sistem Hibrida




Oleh:
Abraham Firdaus Ghofur

Di saat kelulusan saya dari perkuliahan S1 saya di UIN syarif Hidayatullah Jakarta, sekitar medio 2011, system organisasi intra kampus sedang mengalami  “kegalauan”.  Sistem Organisasi  “Student Government yang sudah diaplikasikan sejak 2 tahun setelah masa reformasi dimulai sedang berada pada titik paling rendah dalam ujiannya.  Sebetulanya semenjak 2 tahun terakhir sebelum saya mengakhiri studi saya, isu penggantian system keorganisasian sudah mulai gencar dilakukan, paling tidak dalam tataran propaganda. Seiring makin banyaknya kontroversi yang menjadi perdebatan intra system SG dan ekstra system SG sendiri, celah yang terbuka menganga semakin menjadi  argument yang didorong menjadi “daftar hitam” sebagai rasionalisasi perubahan system organisasi SG menjadi system “baru namun lama”, system senat Mahasiswa. Point dasar pertarungan ide ini adalah antara SG yang bersentral  pada kemandirian berinisiasi dalam aktifitas kemahasiswaan, termasuk aktifitas politik intra kampus, dengan system senat mahasiswa yang memperbesar wewenang birokrasi kampus dalam setiap kegiatan kemahasiswaan.  Masing-masing pihak saat itu masih berdebat sengit membela argumennya masing-masing. Disatu sisi, pelaku organisasi kemahasiswaan kekeh mengusung sejarah panjang pertarungan ide yang panjang tentang kemandirian Berpikir, berinisiasi dan pembelajaran politik intra kampus yang menjadi dasar pikir laku pola dalam system SG sebagai respon atas sejarah panjang kehidupan kampus masa Orde Baru  beralih ke reformasi, disisi lain pelaku birokrasi kampus memandang bahwa riuh ramai hiruk pikuk dan percik-percik gesekan yang terjadi akibat system SG tersebut, mengganggu harmonisasi dan stabilitas “Kehidupan Akademis Kampus”, selain tentu mendegradasi peran dan wewenang birokrasi kampus. Akibatnya, Birokrasi kampus mengajukan “tandingan”, yang menurut mereka lebih stabil, mengakomodasi peran dan wewenang birkorasi kampus dan menjadi jalan “harmonisasi”. 

Wednesday, December 4, 2013

This is my Way__NO MONEY POLITIC

"sudaaaah...sudah kukatakan...dari dahulu aku memang suka jalan ini..."

itu lah sepenggal irik lagu berjudul this is my way yang dinyanyikan oleh Tony Q Rastafara. entah kenapa jari saya mengetikan Tony Q Rastafara dan jentik jari mengklik judul itu. Makassar yang hujan mungkin yang menjadi faktor pendorong. kalo saya ingat perjalanan hidup saya sebagai manusia sampai sekarang, menjalani umur 26 tahun terkadang saya bisa tersenyum sendiri dan akhirnya berujung pada judul lagu ini...this is my way. Perjalanan hidup memang tidak selalu mudah, namun benar kata orang, bersyukur adalah obat hidup.

tapi tulisan ini tidak mengarah kepada curhatan hidup saya, memang nya saya ini Esbiwai???yang sukanya curhat???hehehehe....saya ingin curhat namun dalam konteks yang berbeda...lebih tepatnya, semacam pernyataan politik gak penting dari seorang pegawai Bank..hehehe...dan tulisannya saya buat sesuka saya dengan pertimbangan..toh tidak ada yang baca juga..hehehehe...gak jelasss...

Curhatan satu:
 
so, untuk tidak berbelit, kita akan mulai dari cerita tentang fenomena caleg pasang sepanduk, dari sekian ratus sepanduk, baik di Jakarta dan sekitarnya, kemudian sampai ke Makassar dan sekitarnya ini, tempat dimana sekarang saya ditempatkan oleh Tuhan, tidak ada satu pun yang masuk akal...besar spanduknya namun miskin "produk" yang ditawarkan. Apa sih produk dari seorang Calon Anggota Legislatif? Kebijakan yang nanti dia mau usung selama menjabat. Itu yang menjadi garis pertama dari curhatan politik saya sebagai warga negara gak penting. Apa yang terjadi ketika anda membeli barang yang bungkusnya besar isinya gambar dari produk tersebut tapi anda tidak mengerti apa guna dari produk tersebut?? jawabannya adalah anda akan membuangnya, atau dengan kata lain produk yang anda beli tidak berfungsi atau tidak anda fungsikan. Konsep yang menurut saya keliru ini lah yang perlu kita ubah. Bentuk Komunikasi Massa yang entah dari mana ini, menjadi kan Demokrasi kita kacau balau, karena inilah yang menjadi pijakan awal bagi kelangsungan keadaan Demokrasi dan Politik kita di masa mendatang, minimal dimulai dari Pemilihan Umum Anggota Legislatif tahun 2014. Bayangkan jika kita akan mengadakan acara memasak bersama dengan anggota sebagian besar adalah orang yang tidak punya kompetensi memasak, atau minimal pernah memasak lah atau bahkan dia bahkan tidak ingin memasak, hasilnya ? yang ada yang gosong, ada yang keasinan, ada yang bahkan tidak melakukan apa-apa. Logika ini lah yang jika kita bisa tarik terhadap hasil dari Pemilihan Anggota Legislatif dengan konsep serampangan tidak jelas. Kita harus lagi melihat banyak orang yang tidak kompeten, bahkan berniat jahat mungkin, yang akan duduk dalam suatu posisi strategis dimana banyak kebijakan publik lahir. Bagi saya, para pemangku kepentingan harus bisa merumuskan suatu konsep kampanye yang dapat menjamin bahwa pesan dari produk yang nantinya akan dibeli masyarakat ini sampai. Para Caleg pun semestinya dapat mengkomunikasikan apa yang mereka tawarkan kepada masyarakat, jadi masyarakat nantinya dapat melihat produk apa sih yang pas untuk mereka beli. Apa imbasnya?setidaknya mereka tidak membeli kucing dalam karung. Dan masyarakat nantinya tidak jual putus dalam berdemokrasi, mereka akan lihat dan evaluasi, owh ternyata produk yang mereka beli berguna, owh ini loh hasilnya..owh ini loh yang perlu dibuang, ini loh yang perlu dievaluasi.



Curhatan Dua:

Apa? Politik Uang..jangan kira apa yang anda terima sekarang tidak berimbas pada kecelakaan di masa mendatang,  yang terjadi di jalanan kota anda karena jalanan berlubang akibat anda memilih wakil rakyat yang salah, dimana kebijakan yang dia ambil adalah pengurangan anggaran perbaikan jalan, karena anda memilih dia dengan imbalan uang yang tidak begitu besar. Mungkin yang kecelakaan adalah orang lain, tapi mungkin juga anak anda, saudara anda dan sebagainya. Contoh ini adalah gurat kecil akibat yang ditimbulkan oleh politik uang. Apa yang terjadi jika kita tarik terhapdap sesuatu yang lebih besar??kehancuran. Korupsi pribadi adalah bentuk paling logis.

diterusin besok..hehehe..pulangg...lampu kantor sudah harus dimatikan


Monday, August 13, 2012

URGENSI KEBIJAKAN GOOD GOVERNANCE PADA BANK SYARIAH DAN INFRASTRUKTUR REGULASINYA



Oleh : Abraham Firdaus
Muamalat Officer Development Program Angkatan 24 - 2012
Untuk memenuhi Ujian Subyek Program Pelatihan: Architecture and Regulation of Islamic Banking in Indonesia
A.                Latar Belakang
Alasan awal eksistensi bank syariah adalah keinginan melaksanakan aktivitas keuangannya sesuai dengan tuntunan syariah. Bank Muamalat sebagai Bank Syariah di Indonesia Pertama berhasil survive diantara terpaan krisis ekonomi 1998 (Parmudi,2005). Keadaan ini adalah perkembangan dari tujuan awal pendirian yaitu aktifitas keuangan sesuai dengan tuntutan syariah. Periode kelahiran sampai 1998 adalah periode dalam hal perintisan, setelah periode tersebut-walau diinterupsi oleh krisis 1998- merupakan periode titik awal Bank Syariah lahir sebagai Industri dengan competitor yang signifikan. Signifikan dalam artian adanya persaingan natural antar Bank Syariah dengan munculnya Bank Syariah Mandiri  sebagai competitor perintis disandingkan dengan Bank Muamalat dan bermunculannya Bank Syariah pada peroide setelahnya.  Sampai saat ini terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 153 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) per Februari 2012 (Alamsyah, 2012).
Dalam Penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR, 2011 dalam Alamsyah 2012), Indonesia menduduki urutan keempat Negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan keuangan Syariah setelah Iran, Malaysia dn Saudi Arabia. Dengan melihat beberapa aspek dalam perhitungan indeks, seperti jumlah Bank Syariah, jumlah Lembaga Keuangan non Bank Syariah, maupun ukuran asset keuangan Syariah yang memiliki bobot besar, maka Indonesia dipoyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun kedepan (Alamsyah, 2012). Kebanggaan disatu sisi, dan obligasi prestasi di sisi yang lain.


Monday, May 14, 2012

Hari

pagi...

hanya pagi yang memintaku untuk awas
karena dia akrab dengan libasan siang kehidupan yang mendera
dulu ketika hari masih santun, pagi-siang-sore dan malam bergantian mengisi senda

mereka jujur tersenyum

Wednesday, January 25, 2012

tidak jadi deh...

suatu waktu

aku ingin indahnya menjadi Rama dengan segala maskulinitasnya

suatu waktu

aku ingin menjadi korban, sebagai shinta, bahkan untuk dibakar atas nama kesucian

suatu janji

aku terlanjur meminta untuk menjadi keduanya..

atas nama hidup aku menjanji, menjalani...


suatu waktu

aku ingin menyesal, aku ingin tak terhitung, tak terencana

suatu hari

aku menjadi diri, dimana festival keterkejutan sedang berlangsung

suatu janji

atas nama hidup aku bersaksi


tidak jadi deh...

Tuesday, January 10, 2012

SG vs Senat Dalam Kubangan Involusi


(tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili siapapun kecuali pemikiran penulis)

Beberapa waktu terakhir, dunia kemahasiswaan di Kampus UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta sedang mengalami anomali. Secara terus terang, saya dapat menyebutnya “pertarungan” antar system organisasi kemahasiswaan. Kalangan mahasiswa merasa harus mempertahankan system student government  (SG) yang dirasa dibangun atas keringat dan sejarah mahasiswa sebagai refleksi keinginan praktik demokrasi di kampus yang dibungkam selama Orde Baru. Dan kalangan birokrat kampus mencoba menawarkan dengan sangat getol apa yang disebutnya sebagai system senat mahasiswa.

Sunday, January 8, 2012

Rindu Malam




malam..

kami rindu akan makna hidup..sukma kami kering mencari dunia..

kami lupa bahwa bukan mall yg menyejukkan jiwa kami..tp damai mu malam..kita terlalu siang..

kita rindu malam...

mungkin saja kita malu...

televisi membuat kami terus bising...kita terlupa hening...

mungkin saja kita malu..

Tak tahu..

malam..